Radar
Sumatera-Simalungun: Sesuai instruksi
Menteri Dalam Negeri RI (Mendagri) Tjahjo Kumulo pada pelantikan Penjabat
Gubernur Sumatera Utara (Pj Gubsu) kemarin, Pj Gubsu Drs Eko Subowo MBA
melaksanakan tugas pertamanya meninjau langsung lokasi dan korban kapal
tenggelam KM Sinar Bangun di Danau Toba.
Pj Gubsu Eko Subowo bersama Kepala Basarnas Marsekal Madya TNI Muhammad Syaugi, Kepala KNKT Soerjanto, Danlantamal I Belawan Laksamana Pertama TNI Ali Triswanto SE MSi, Kepala Dinas Perhubungan Provsu Muhammad Zein Siregar, Kepala Dinas Kesehatan Provsu Agustama, Kepala Dinas Sosial Provsu Rajali S Sos MSP, Kepala Satuan Polisi Pamong Praja (Kasatpol PP) Provsu Anthony Siahaan, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provsu Riadil Akhir Lubis, dan Kabiro Humas dan Keprotokolan Setdaprovsu Ilyas S Sitorus, mendatangi posko Basarnas dan Posko Pemerintah Kabupaten Simalungun di Tigaras Kabupaten Simalungun, Sabtu (23/6).
Eko Subowo menyampaikan bahwa musibah ini bukan hanya musibah pihak keluarga saja, tetapi musibah bersama, musibah masyarakat Sumut, bahkan seluruh Indonesia. "Oleh karenanya saya mengimbau agar seluruh keluarga korban dapat bersabar dan bertawakal agar korban segera ditemukan," ujarnya.
Menurutnya, kejadian ini hendaknya menjadi pembelajaran semua pihak untuk kedepannya, agar memperbaiki sistem prosedur standar keselamatan di bidang angkutan sungai, danau dan penyeberangan. "Seperti kelaikan beroperasi, adanya manifest penumpang sehingga dapat terdata dan pelampung (life jacket). Sehingga kita dapat meminimalisir, bahkan tidak lagi terjadi kejadian seperti ini," kata Eko.
Dikatakan juga, perlu adanya kelembagaan organisasi yang kuat, baik personel serta peralatan dan pembiayaan yang cukup dalam menunjang sistem ini. "Semoga kedatangan kami dapat menjadikan dukungan baik untuk keluarga korban maupun pemerintah kabupaten di sekitar Danau Toba serta tim yang bekerja di sini baik Basarnas, Kepolisian dan Kemenhub," ujarnya.
Selanjutnya, untuk pencarian dan pertolongan telah dibentuk Pokja yang dipimpin Kepala Basarnas, dimana para personel sudah siap siaga dengan segala peralatan untuk membantu proses pertolongan dan penyelamatan.
Pj Gubsu juga berpesan agar para tim penyelamat selalu menjaga stamina dan kesehatan, serta selalu berkoordinasi dan berkomunikasi dengan Basarnas, TNI dan Polri. "Terimakasih atas kerjasama Pemerintah Daerah (Pemda) setempat, para Tim dan relawan serta masyarakat yang selalu mempertahankan semangatnya. Kalau bisa bergiliran bertugas agar tetap mempunyai stamina yang baik," pungkas Eko Subowo.
Dari data yang diperoleh, Kepala Basarnas M Syaugi menjelaskan kepada bahwa korban yang sudah ditemukan dalam kecelakaan maut tersebut berjumlah 21 orang dimana yang selamat 18 orang. Serta yang meninggal dunia menjadi tiga orang dan sudah diserahkan kepada pihak keluarga masing-masing. Sedangkan korban yang belum ditemukan diperkirakan mencapai 184 orang.
Dijelaskannya, memasuki hari keenam ini sudah tidak ada lagi dari pihak keluarga yang melaporkan kehilangan anggota keluarganya. "Basarnas terus berupaya melakukan pencarian korban yang hilang, walaupun dalam SOP nya hanya 15 hari tetapi kita akan terus berupaya semaksimal mungkin sampai batas waktu yang tidak ditentukan," jelasnya.
Karena itu, Syaugi berharap semua pihak baik dari Pemerintah Pusat, Pemprovsu dan Pemkab sekitar wilayah Danau Toba serta para relawan dan masyarakat terus memberikan dukungannya. "Memang yang menjadi kendala saat ini adalah kita tidak mengetahui berapa kedalaman Danau Toba tersebut. Kita beserta tim gabungan telah menggunakan teknologi sonar untuk mendeteksi posisi kapal di dasar danau yakni Multi Beam Echo Sounder," katanya.
Teknologi sensor ini akan dapat mendeteksi logam yang ada di dalam air hingga kedalaman 600 meter. Tetapi ternyata sensor ini juga belum dapat mendeteksi lokasi tenggelamnya KM Sinar Bangun. "Sehingga diperkirakan kapal tenggelam lebih dari 600 meter. Untuk itu kami sedang menanti Beam Echo Sounder yang dapat mendeteksi hingga 2.000 meter," ungkapnya.
Selain itu, dinginnya air Danau Toba dan visibilitas terbatas di dalam air juga membuat tim penyelam tidak bisa berbuat banyak. "Kami akan mengerahkan semua daya dan upaya serta mempergunakan alat tercanggih yang kita punya untuk pencarian dan penyelamatan korban tenggelamnya kapal KM Sinar Bangun," ucapnya.
Sementara itu, Danlantamal I Belawan Laksamana Pertama TNI Ali Triswanto SE MSi, mengatakan kedepannya semua pihak wajib memperhatikan standarisasi angkutan di sungai, danau dan penyeberangan. "Karena KM Sinar Bangun dari ukuran panjang dan lebar tidak layak bertingkat tiga, kemudian untuk jendela kapal yang terbuat dari kaca hendaknya tidak boleh dipakai terali (jeruji) lagi. Sehingga jika terjadi kecelakaan penumpang dapat segera memecahkan kaca jendela untuk penyelamatan," katanya. (Sugandhi S)
Pj Gubsu Eko Subowo bersama Kepala Basarnas Marsekal Madya TNI Muhammad Syaugi, Kepala KNKT Soerjanto, Danlantamal I Belawan Laksamana Pertama TNI Ali Triswanto SE MSi, Kepala Dinas Perhubungan Provsu Muhammad Zein Siregar, Kepala Dinas Kesehatan Provsu Agustama, Kepala Dinas Sosial Provsu Rajali S Sos MSP, Kepala Satuan Polisi Pamong Praja (Kasatpol PP) Provsu Anthony Siahaan, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provsu Riadil Akhir Lubis, dan Kabiro Humas dan Keprotokolan Setdaprovsu Ilyas S Sitorus, mendatangi posko Basarnas dan Posko Pemerintah Kabupaten Simalungun di Tigaras Kabupaten Simalungun, Sabtu (23/6).
Eko Subowo menyampaikan bahwa musibah ini bukan hanya musibah pihak keluarga saja, tetapi musibah bersama, musibah masyarakat Sumut, bahkan seluruh Indonesia. "Oleh karenanya saya mengimbau agar seluruh keluarga korban dapat bersabar dan bertawakal agar korban segera ditemukan," ujarnya.
Menurutnya, kejadian ini hendaknya menjadi pembelajaran semua pihak untuk kedepannya, agar memperbaiki sistem prosedur standar keselamatan di bidang angkutan sungai, danau dan penyeberangan. "Seperti kelaikan beroperasi, adanya manifest penumpang sehingga dapat terdata dan pelampung (life jacket). Sehingga kita dapat meminimalisir, bahkan tidak lagi terjadi kejadian seperti ini," kata Eko.
Dikatakan juga, perlu adanya kelembagaan organisasi yang kuat, baik personel serta peralatan dan pembiayaan yang cukup dalam menunjang sistem ini. "Semoga kedatangan kami dapat menjadikan dukungan baik untuk keluarga korban maupun pemerintah kabupaten di sekitar Danau Toba serta tim yang bekerja di sini baik Basarnas, Kepolisian dan Kemenhub," ujarnya.
Selanjutnya, untuk pencarian dan pertolongan telah dibentuk Pokja yang dipimpin Kepala Basarnas, dimana para personel sudah siap siaga dengan segala peralatan untuk membantu proses pertolongan dan penyelamatan.
Pj Gubsu juga berpesan agar para tim penyelamat selalu menjaga stamina dan kesehatan, serta selalu berkoordinasi dan berkomunikasi dengan Basarnas, TNI dan Polri. "Terimakasih atas kerjasama Pemerintah Daerah (Pemda) setempat, para Tim dan relawan serta masyarakat yang selalu mempertahankan semangatnya. Kalau bisa bergiliran bertugas agar tetap mempunyai stamina yang baik," pungkas Eko Subowo.
Dari data yang diperoleh, Kepala Basarnas M Syaugi menjelaskan kepada bahwa korban yang sudah ditemukan dalam kecelakaan maut tersebut berjumlah 21 orang dimana yang selamat 18 orang. Serta yang meninggal dunia menjadi tiga orang dan sudah diserahkan kepada pihak keluarga masing-masing. Sedangkan korban yang belum ditemukan diperkirakan mencapai 184 orang.
Dijelaskannya, memasuki hari keenam ini sudah tidak ada lagi dari pihak keluarga yang melaporkan kehilangan anggota keluarganya. "Basarnas terus berupaya melakukan pencarian korban yang hilang, walaupun dalam SOP nya hanya 15 hari tetapi kita akan terus berupaya semaksimal mungkin sampai batas waktu yang tidak ditentukan," jelasnya.
Karena itu, Syaugi berharap semua pihak baik dari Pemerintah Pusat, Pemprovsu dan Pemkab sekitar wilayah Danau Toba serta para relawan dan masyarakat terus memberikan dukungannya. "Memang yang menjadi kendala saat ini adalah kita tidak mengetahui berapa kedalaman Danau Toba tersebut. Kita beserta tim gabungan telah menggunakan teknologi sonar untuk mendeteksi posisi kapal di dasar danau yakni Multi Beam Echo Sounder," katanya.
Teknologi sensor ini akan dapat mendeteksi logam yang ada di dalam air hingga kedalaman 600 meter. Tetapi ternyata sensor ini juga belum dapat mendeteksi lokasi tenggelamnya KM Sinar Bangun. "Sehingga diperkirakan kapal tenggelam lebih dari 600 meter. Untuk itu kami sedang menanti Beam Echo Sounder yang dapat mendeteksi hingga 2.000 meter," ungkapnya.
Selain itu, dinginnya air Danau Toba dan visibilitas terbatas di dalam air juga membuat tim penyelam tidak bisa berbuat banyak. "Kami akan mengerahkan semua daya dan upaya serta mempergunakan alat tercanggih yang kita punya untuk pencarian dan penyelamatan korban tenggelamnya kapal KM Sinar Bangun," ucapnya.
Sementara itu, Danlantamal I Belawan Laksamana Pertama TNI Ali Triswanto SE MSi, mengatakan kedepannya semua pihak wajib memperhatikan standarisasi angkutan di sungai, danau dan penyeberangan. "Karena KM Sinar Bangun dari ukuran panjang dan lebar tidak layak bertingkat tiga, kemudian untuk jendela kapal yang terbuat dari kaca hendaknya tidak boleh dipakai terali (jeruji) lagi. Sehingga jika terjadi kecelakaan penumpang dapat segera memecahkan kaca jendela untuk penyelamatan," katanya. (Sugandhi S)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar